Minggu, 22 Juni 2014

SELALU


Saya selalu, selalu, dan selalu suka.
Pandangan yang malu-malu menyentuh mataku.
Suara yang dengan sigap menyapaku.
Tangan yang selalu bisa membawa kembali tawaku.
Bahu yang selalu bisa merengkuh peluhku.
Membungkus dengan rapi tangisku.
Lalu menyajikan senyuman apik di hadapanku.
Dan senyum itu tidak pernah berhasil membuatku berhenti. Berhenti menyukaimu.
Senyum yang selalu bisa membawa jemariku kembali ke tuts-tuts yang membosankan ini.
Memungut rindu yang tumpah dan berjatuhan.
Rindu yang selalu bisa menebar senyum dan tangisku.
Terima kasih untuk dua tahun yang menyenangkan dan menyedihkan ini :)

Minggu, 01 Juni 2014

Bukan Surat Cinta

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Selamat malam hei laki-laki kurang ajar.
Sedang apa kamu sekarang?
Ku dengar kamu sudah berpindah lagi ke Negeri Sakura.
Tidak bosankah?
Kembalilah ke negeri tercintamu ini.
Tidak rindukah?
Negeri yang tidak kalah hebatnya dengan negeri-negeri pernah kau kunjungi.
Disini sedang musim kemarau, panas sekali. Hujan sudah berhari-hari tak nampak.
Orang sibuk memasang kipas angin dimana-mana.
Sibuk mencari tempat yang rindang ketika panas sudah tak mampu ditolerir tubuh.
Tapi, musim kemarau kali ini aku merasakan suasana yang berbeda.
Beberapa hari yang lalu aku mengunjungi sebuah desa aneh. Aneh? Tidak seperti yang kau pikirkan tentunya.
Desa diatas awan. Begitu biasa orang menyebutnya. Pernah dengar? Jika belum pernah dengar akan ku ceritakan (Walaupun kau pernah mendengarnya tetap akan kuceritakan). Egois? Berhentilah mengeluh, kamu lebih egois lagi saat meinggalkanku disini. Oke, aku mulai.
Desa diatas awan itu terletak di Kabupaten Enrekang, tepatnya di sebuah desa yang disebut Bone-bone. Desa dengan udara yang sejuk. Desa di atas gunung.
Desa yang sudah mulai sibuk ketika ayam mulai berkokok. Ketika dini hari tiba, anak-anak mulai berlari-larian menuju masjid mengambil tempat yang paling depan. Bapak-bapak mulai mengikatkan sarungnya erat-erat untuk shalat wajib dua rakaat. Dan Ibu-ibu menyiapkan bekal dan sarapan untuk suami dan anak mereka. Pagi hari tiba, semua penghuni wilayah ini mulai grasah-grusuh. Anak-anak ke Sekolah dan Orang tua menuju ke ladang uang mereka.
Jika mencari pemuda-pemudi disini. Itu sama saja mencari ikan dalam opor ayam. Semua pemuda-pemudi disini yang telah lulus SD akan langsung melanjutkan pendidikan mereka ke kota. Orang tua di desa ini sangat menjunjung tinggi pendidikan. Bahkan mereka menomorsatukan pendidikan diatas segalanya. Belum sampai disitu kekagumanku pada desa ini yang sejuk ini.
Jika sempat berkunjunglah ke tempat ini, kau akan mendapati lelaki-lelaki pahlawan keluarga yang berhasil lepas dengan Si Manis Mematikan, rokok. Desa ini adalah desa mantan perokok-perokok berat, yang sekarang telah berhenti karena peduli mereka pada keluarga. Jadi jika kesini nanti denganku(kalau kau kembali dan menikahiku) berhentilah mencari rokok, karena itu sama saja mencari abon sapi rasa coklat.
Tempat ini tidak kalah indahnya dengan tempatmu sering berkelana.
Daun mapel di kanada? Ayolah, menguningnya padi disini lebih indah.
Sakura di Jepang? Berhentilah membela diri, hijaunya pegunungan lebih memanjakan.
Taj Mahal? Di desa ini, gubuk yang mulai renta mengikuti kakek-nenek pemiliknya pun bahkan lebih indah.
Pulanglah, jika tumpukkan kertasmu tak sanggup ditinggal lama olehmu. Pulanglah sesekali, tengoklah negaramu yang lebih membutuhkanmu. Atau jika kau kecewa dengan negara ini setidaknya cincin ini masih melingkar dijariku, dan beberapa bulan lagi kita akan menikah. Pulanglah, atau ku buang cincin kita di pegadaian :p

Makassar, 4 Mei 2013


Calon Istrimu
Dengan cinta dan benci

Saya tidak memberikan harapan itu kepada siapapun.


Saya tidak bisa melihat siapapun sekarang. Semuanya sama. Bukan berarti saya mencoba memberikan harapan itu kepada siapapun. Tidak.
Tidak ada maksud sedikitpun seperti itu. Karena saya percaya ada jodoh terbaik nanti untuk saya. Dan saya juga sedang berusaha mengenali jodoh saya. Lewat orang-orang yang seringkali membuat jantung ini berdebar lebih cepat. Menjawab semua pertanyaan saya. Membuat saya bisa tidur dengan nyaman walau dengan masalah yang memburu.
Hanya itu. Saya pikir hanya itu.
Sekali lagi saya tidak memberikan harapan itu kepada siapapun. Saat ini saya juga sedang berusaha mencari sosok tepat yang telah menjadi takdirku nanti. Mungkin kamu, dia atau dia. Saya sedang berusaha sekarang. Saya harap kamu juga melakukan hal yang sama. Sedang berusaha mencari sosok yang tepat. Yang mungkin aku, dia atau dia.
Sekali lagi saya tidak memberikan harapan itu kepada siapapun. Saya hanya sedang belajar, belajar menjadi sosok yang lebih baik, lebih banyak belajar, lebih banyak bersabar, dan lebih banyak mengenalmu.
Sekali lagi saya, saya tidak memberikan harapan itu kepada siapapun.
Saya harap kamu mengerti.

Rabu, 30 April 2014

Good Bye April


Banyak hal yang terjadi April kali ini.
Entahlah, harus ku sebut apa bulan April kali ini.
Banyak air mata yang tumpah kali ini, banyak hal yang harus diikhlaskan bulan ini, banyak hal yang harus dilepaskan bulan ini, banyak pelajaran yang harus dipetik bulan ini.
Kejadian memilukan yang sering terjadi pada bulan april mengantarkanku pada beberapa kesadaran.
Kesadaran bahwa tidak selamanya seseorang akan berdiri disampingku, tidak selamanya seseorang akan menopangku dari belakang, tidak selamanya ada jawaban atas pertanyaanku.
Kesadaran bahwa sesuatu yang hilang, bukanlah pergi tapi kembali ke pemilik sesungguhnya. Bahwa semua yang kita miliki sekarang, bukan milik kita. Kita hanya orang yang dititipi dan diwajibkan menjaganya dengan baik.
Kesadaran bahwa mengharapkan seseorang secara berlebihan akan membawa kita pada kekecewaan. Kekecewaan yang berkepanjangan yang mungkin akan menyakiti kita sendiri.

Selamat tinggal bulan April.
Selamat datang bulan Mei.
Semoga banyak senyum di bulan Mei.

Sabtu, 26 April 2014

:)

Mungkin kita perlu belajar cara menghargai apa yang sudah dikerjakan oleh orang lain :)
Bukankah melakukan kesalahan adalah hal yang wajar?
Jika ada yang salah, mungkin membantu memperbaiki kesalahan lebih baik dilakukan dibanding memaki kesalahan itu.
Salah adalah proses belajar bukan? Atau mungkin saya yang salah?
Entahlah, ini pandangan subjektif saya.
Saling mencari kesalahan satu sama lain. Saling memaki kesalahan satu sama lain.
Bukankah bersama-sama belajar lebih baik?
Bukankan bersama-sama memperbaiki kesalahan lebih baik?
Kita mungkin perlu belajar dari semut-semut di lantai.
Semut saja tidak pernah memaki semut lain yang menjatuhkan makanan mereka, mereka malah kembali berjalan mundur dan bersama-sama mengangkut makanan yang jatuh tadi.
Semut saja menampilkan kebersamaan yang sederhana tapi begitu indah.
Kita harusnya bisa menampilkan kebersamaan yang lebih indah bukan?

Senin, 21 April 2014

Lelaki Beruntung


Bukankah menyenangkan memiliki seseorang yang disayangi?
Seseorang tempat bersandar. Penampung keluh kesah. Tempat berbagi cerita manis sampai yang mampu meneteskan air mata. Bukankah menyenangkan?

Aku sering memikirkannya. Aku sering memikirkan seseorang yang bahkan tak ku tahu siapa lelaki beruntung itu.Yang aku tahu dia sedang bersiap-siap sekarang. Dia sedang mempersiapkan diri menjadi lelakiku kelak. Lelaki beruntung yang akan menjadi suamiku, menantu dari orang tuaku yang hebat, ayah dari anak-anak kami kelak.

Lalu aku?
Tentu saja aku sedang melakukan hal yang sama. Aku sedang mempersiapkan diri untuk lelaki beruntungku. Bersiap-siap untuk jadi menantu dari orang tua hebat yang telah memberikan lelaki hebat untukku, bersiap-siap untuk menjadi istri terbaiknya, dan mempersiapkan diri untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak cerdas kami.

Lalu sampai kapan?
Sampai kami dipertemukan oleh jodoh. Disebuah acara yang disebut lamaran. Disebuah ikrar yang disebut akad nikah. Dan disebuah kehidupan baru yang disebut pernikahan.