Senin, 27 Januari 2014

Untuk kamu yang tidak ku sebut namanya :)


Untuk kamu yang tidak ku sebut namanya
Aku sering merindukanmu dalam diam
Aku sering merindukanmu dalam nada nafas yang tak beraturan
Aku sering merindukanmu dalam ruang kotak yang kusebut mimpi
Aku sering merindukanmu dalam air mata yang ku sebut penenangku
Bahkan ketika aku sudah tak sanggup merindukanmu, nyatanya aku masih tetap merindukanmu

Untuk kamu yang tidak bisa ku sebut namanya
Bisakah terus disampingku saja?
Bahkan ketika matahari terus berputar mengelilingi bumi tetaplah disampingku, bisakah?
Bisakah aku terus melihatmu?
Bahkan walau itu dalam jarak yang tidak sanggup ku hitung berapa puluh km di depan sana, bisakah?

Untuk kamu yang tidak bisa ku sebut namanya, aku lelah.
Aku lelah menantimu dalam diam.

Minggu, 26 Januari 2014

Kita selalu punya pilihan dalam hidup ini. SELALU PUNYA.

Tinggal memilih maju atau mundur.
Tinggal memilih bertahan atau menyerah.
Tinggal memilih jadi kuat atau jadi lemah.
Tinggal memilih jadi petarung atau jadi pecundang.

Kita selalu punya pilihan untuk hidup seperti air dalam pipa yang mulus, atau air di muara sungai yang berbatu.
Pilihlah jalan yang kau suka, tapi pastikan jalan itu akan menjadikanmu petarung, BUKAN pecundang.

Senin, 20 Januari 2014

Kau yang ku sebut rindu..

Dan untuk segumpal rasa yang biasa ku sebut rindu.
Sampaikanlah ia lewat bintang yang menerangi malam.
Lewat air yang senantiasa mengalir disudut tanah.
Dan kepada hujan yang selalu dapat menyentuhnya.

Aku merindukannya dalam diam.
Bukan karena aku malu-malu menyentuh ronanya.
Bukan karena aku takut akan terelakkan.

Seperti percayaku pada senja yang selalu datang walau mungkin terlambat.
Seperti percayaku pada ombak yang selalu berhasil menggemuruhkan laut.
Seperti percayaku pada air yang selalu menjanjikan kesejukan.
Seperti itulah percayaku pada jodoh.

Aku membiarkan rindu ini tersimpan rapat oleh waktu. Karena tak ada seorangpun yang boleh menyikapnya, tunggu takdir.

Sabtu, 11 Januari 2014

DIA


Mungkin seharusnya dia ada disini sekarang. Menemaniku bersua.
Aku lelah menapaki detik tiap harinya, aku lelah menunggu  malam kembali memburatkan jingganya.

Mungkin seharusnya dia ada disini sekarang. Berbagi cerita denganku.
Aku punya banyak kepingan cerita disini, aku punya banyak air mata dan tawa disini.

Mungkin seharusnya dia ada disini sekarang. Meminjamkan bahunya.
Aku tak mampu menopang ragaku, aku tak mampu mengayun langkahku.

Atau setidaknya jika dia tak mampu datang.
Singgahlah dimimpiku untuk menyapaku.

Dia yang kusebut MAMA.
Anakmu ini sedang merindukanmu dalam lelahnya.
Tetaplah menjagaku dalam doamu, tetaplah menjagaku dalam sehatmu, dan tetaplah menjagaku dalam bahagiamu.

Minggu, 05 Januari 2014

Aku membencimu!!

Aku membencimu. Aku benci harus memaksa diriku untuk menikmati langkahku yang selalu menyenangkan bila disampingmu.

Aku membencimu. Aku benci harus selalu berusaha mencuri-curi pandanganmu dari kejauhan, yang bahkan kehadiranku pun tak kau sadari.

Aku membencimu. Aku benci harus tertawa dengan orang yang telah merebut hatimu dariku.

Aku membencimu. Aku benci harus mengatakan bahwa aku selalu merindukanmu, bahkan ketika seluruh ragaku menentangnya.

Aku membencimu. Aku benci harus harus mengatakan bahwa aku membencimu, padahal ada seguncah rasa disini, yang bahkan aku sendiripun benci tak sanggup mengatakannya padamu.

Aku membencimu. Tapi aku lebih membenci diriku sendiri yang hanya terduduk paku saat melihatmu pergi.

Resolusi 2014

Mungkin ada banyak cahaya disini..
Mungkin ada banyak suara disini..
Mungkin ada banyak wajah disini..

Tapi tetap saja aku merindukan satu tempat.
RUMAH tempatku merasakan cahaya yang kusuka. 
RUMAH tempatku mendengar suara yang kusuka.
RUMAH tempatku melihat wajah yang kusuka.  

Ku harap juga ada kamu dirumah itu, atau mungkin kamu pemilik cahaya, suara, dan wajah itu?

*Resolusi 2014: Menemukanmu


Small Note for Us "Maybe"

Entah kenapa aku lebih suka menuliskanmu dalam catatan-catatan kecil.

Aku kurang bisa atau mungkin tidak bisa melukismu dalam kata-kata yang panjang.
Cukup sulit merangkai kata yang tepat untuk menjelaskan tentang wujudmu.

Mungkin jelasnya, mungkin yang aku tahu. Kamu manis.
Sama seperti es teh, yang selalu ku pesan untuk menemani mi pangsit kesukaan kita. Kita?
Mungkin kata "Kita" lebih cocok jika kamu ada disini, menulis cerita ini bersamaku.
Tapi mungkin butuh waktu yang cukup lama. Yahh, cukup lama.
Butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan sosokmu yang tepat, dan butuh waktu yang lama pula untuk memantaskanku menjadi pelengkapmu.

Kita memang belum cukup dewasa untuk bertemu menjadi sepasang.
Layaknya Adam dan Hawa masa kini, Muh. Yusuf & Sitti Nadrah (Calon Mertuamu).

Izinkan aku menuliskan catatan-catatan kecil yang ku sebut "cinta" yang mungkin akan menjadi kenangan kita. Yahh, kita untuk kamu dan aku "Nanti" :)