Minggu, 14 September 2014

Kosong

Nyatanya sekuat apapun kau menolak kekosongan itu.
Nyanyiannya tak pernah berhenti berderu.
Ia masih saja ingin membuktikan eksistensinya.
Bahwa ia ada.
Kekosongan itu ada.
Walaupun kau telah mencoba menolaknya dengan segala cara.
Membuatnya perlahan pergi, mengusirnya dengan lembut, bahkan berteriak dengan lantang.
Ia tetap membuktikan kalau dia ada.
Bahkan saat ini pun, saat kata ini terbaca kekosongan itu dengan segala eksistensinya kembali dengan lantang berteriak.
Meneriakkan keberadaannya.
Dan dia memang ada, ada disana.
Di hatiku.

Rabu, 10 September 2014

Masih bukan surat cinta.


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabarmu?
Baik-baik sajakah?
Ku dengar dari burung pagi tadi, hatimu sedang disapu awan hitam.
Aku sedih mendengarnya. Jarak kita terlampau jauh untuk dapat ku buang awan hitam itu.
Tapi sudah ku kirim kembali burung itu untuk menyampaikan titipanku.
Sudah sampaikah? Sudahkah kau menimatinya?
Tadi ku kirimkan senyum termanisku pagi ini, tanpa pemanis buatan tentunya (Heheheh).
Ku kirimkan spesial untukmu (hanya untuk kamu).
Semoga sedikit meniup awan hitam itu.
Sudahkah kau merasa baikan? Aku tahu.
Walaupun telah ku kirimkan senyum terbaikku tidak akan menghilangkan awan hitam itu dengan cepat.
Ingat shalatmu, jangan lupa pada tuhanmu. Ia akan melindungimu dari apapun yang akan menggiring mudarat padamu.
Ingatlah selalu orang tuamu dan adikmu disini, mereka semua mendoakanmu agar lekas kembali dengan selamat sampai rumahmu.
Dan jangan lupa ingat padaku, tapi jangan terlampau sering, itu akan membuatmu kecanduan (Heheheh).
Baik-baiklah di tempat orang, lain kali akan ku kirimkan lagi senyum-senyum yang lebih banyak lagi.
Sehat selalu J
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Aku yang(masih) menunggu

10 September 2014
11.34 PM

Minggu, 07 September 2014

Kapanpun.



Kapanpun kau merasa langkahmu sudah terhenti. Lihatlah kebelakang, aku masih berdiri meneriakkan namamu.
Kapanpun kau merasa dunia semakin melelahkan. Berhentilah sejenak, bahuku masih lapang.
Kapanpun kau merasa mimpimu semakin jauh. Lihat baik-baik kedepan, senyumku belum pudar.
Kapanpun itu, aku ada.
Walapun kita masih di tempat duduk yang berbeda saat ini, kita bisa bersama kelak, di kursi yang sama.
You’ll find me.
Even if you can’t shouted my name, I can hear it :)


Jumat, 05 September 2014

Jatuh Cinta (Lagi)

Saya mau jadi penutup luka itu, bolehkah?
Ragunya, saya akan jatuh lagi. Tapi mau bagaimana lagi? Saya terlanjur jatuh.
Jatuhnya masih padamu.
Tapi takutnya, lebih sakit lagi nantinya.
Kamu sudah terlalu sering menitipkan rasa sakit padaku.
Rasanya sudah cukup sering.
Tapi, nyatanya saya masih jatuh.
Jatuh cinta padamu (lagi).