Sabtu, 03 Oktober 2015

Lagi, bolehkah?

Kini kita menjadi penikmat rindu
Membiarkan waktu di sela-sela kita berlari jauh, lalu mundur, dan jauh kembali.
Seakan mempermainkan perasaan kita.
Tapi ternyata hal itu kemudian semakin meyakini kita, sejauh apapun jarak dan waktu, menutup kisah kita rindu selalu saja ada di sana.
Membiarkan dirinya terbangun oleh rasa sayang dan takut kehilangan.
Sama seperti matahari yang berputar, mendekat di pagi hari, lalu menjauh di sore hari.
Sama seperti bunga yang mekar di pagi hari, lalu sayup di sore hari.
Lalu seperti apakah kita?
Yang terus merindu, membiarkan jarak dan waktu menjadi pupuk terbaik kisah kita.
Dan saat ini, kita telah bertemu kembali.
Sama seperti matahari dan bunga di pagi hari.
Sebelum tenggelam, sebelum sayup lagi.
Bolehkah kita memulai kisah ini lagi?
Biarkan aku menemanimu menikmati terbit dan tenggelamnya matahari, menikmati mekar dan sayupnya bunga bersama-sama.
Bolehkah?
Bolehkah kita mulai kisah ini lagi?

Senin, 08 Juni 2015

Hujannya tumpah banyak di pipimu.



Hushh.. biar ku sapu awan gelap itu.
Biar hujannya tidak jatuh di pipimu.
Hidupmu berat akhir-akhir ini. Tapi tenang akan ku sulam senyum untukmu.
Tapi, kenapa tetap tumpah?
Hujannya tumpah banyak di pipimu.



Jumat, 27 Maret 2015

Kemarin Aku datang lagi

Kemarin aku datang lagi.
Dipersimpangan jalan, tempat kita dulu sering bercanda dan memaki satu sama lain.
Dulu, setiap pulang sekolah masih lengkap dengan putih abu-abu, kita bercerita banyak. Cerita-cerita bodoh sampai harapan akan masa depan kita.
Disetiap waktu, yang pasti akan ku sempatkan. Aku datang untuk melepas rindu.
Rindu yang jelas sudah tumpah karena banyaknya.
Seringnya ku luapkan rindu ini dengan menulis satu atau dua kalimat di beranda facebook-ku tapi dua-tiga kali teredit, kalimat itu ku hapus. Takutnya rindu itu malah semakin banyak.
Atau kalau tidak sanggup ku tahan, ku dengarkan lagu kita. Lagu masa-masa bodoh kita. Tapi itu malah semakin memupuk rindu ini.
Kau pasti akan semakin marah bila tahu aku terus merindukanmu.
Dalam diamku, dalam bicaraku, dalam tidurku, dalam sadarku.
Rindu itu terus bertambah, tanpa ku tahu cara menguranginya.
Kau tahu caranya kan?
Beritahu padaku.
Kau tahu?
Kau pasti tahu. Tentu.
Karena kau takkan pernah menjawab apapun pertanyaanku walaupun kau tahu jawabannya.
Apapun itu.
Aku datang pun kau tahu. Kemarin saat aku datang dipersimpangan jalan itu, kau tahu kan?
Tapi kau diam.
Aku sengaja datang untuk meluapkan rindu dan membawa mawar merah muda kesukaanku.
Bunga yang kau bawakan untukku dihari kau melamarku.
Ku simpan dengan cantik disamping nisanmu.
Terima kasih, kau selalu bisa jadi tempatku meluapkan rindu.