Minggu, 01 Juni 2014

Bukan Surat Cinta

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Selamat malam hei laki-laki kurang ajar.
Sedang apa kamu sekarang?
Ku dengar kamu sudah berpindah lagi ke Negeri Sakura.
Tidak bosankah?
Kembalilah ke negeri tercintamu ini.
Tidak rindukah?
Negeri yang tidak kalah hebatnya dengan negeri-negeri pernah kau kunjungi.
Disini sedang musim kemarau, panas sekali. Hujan sudah berhari-hari tak nampak.
Orang sibuk memasang kipas angin dimana-mana.
Sibuk mencari tempat yang rindang ketika panas sudah tak mampu ditolerir tubuh.
Tapi, musim kemarau kali ini aku merasakan suasana yang berbeda.
Beberapa hari yang lalu aku mengunjungi sebuah desa aneh. Aneh? Tidak seperti yang kau pikirkan tentunya.
Desa diatas awan. Begitu biasa orang menyebutnya. Pernah dengar? Jika belum pernah dengar akan ku ceritakan (Walaupun kau pernah mendengarnya tetap akan kuceritakan). Egois? Berhentilah mengeluh, kamu lebih egois lagi saat meinggalkanku disini. Oke, aku mulai.
Desa diatas awan itu terletak di Kabupaten Enrekang, tepatnya di sebuah desa yang disebut Bone-bone. Desa dengan udara yang sejuk. Desa di atas gunung.
Desa yang sudah mulai sibuk ketika ayam mulai berkokok. Ketika dini hari tiba, anak-anak mulai berlari-larian menuju masjid mengambil tempat yang paling depan. Bapak-bapak mulai mengikatkan sarungnya erat-erat untuk shalat wajib dua rakaat. Dan Ibu-ibu menyiapkan bekal dan sarapan untuk suami dan anak mereka. Pagi hari tiba, semua penghuni wilayah ini mulai grasah-grusuh. Anak-anak ke Sekolah dan Orang tua menuju ke ladang uang mereka.
Jika mencari pemuda-pemudi disini. Itu sama saja mencari ikan dalam opor ayam. Semua pemuda-pemudi disini yang telah lulus SD akan langsung melanjutkan pendidikan mereka ke kota. Orang tua di desa ini sangat menjunjung tinggi pendidikan. Bahkan mereka menomorsatukan pendidikan diatas segalanya. Belum sampai disitu kekagumanku pada desa ini yang sejuk ini.
Jika sempat berkunjunglah ke tempat ini, kau akan mendapati lelaki-lelaki pahlawan keluarga yang berhasil lepas dengan Si Manis Mematikan, rokok. Desa ini adalah desa mantan perokok-perokok berat, yang sekarang telah berhenti karena peduli mereka pada keluarga. Jadi jika kesini nanti denganku(kalau kau kembali dan menikahiku) berhentilah mencari rokok, karena itu sama saja mencari abon sapi rasa coklat.
Tempat ini tidak kalah indahnya dengan tempatmu sering berkelana.
Daun mapel di kanada? Ayolah, menguningnya padi disini lebih indah.
Sakura di Jepang? Berhentilah membela diri, hijaunya pegunungan lebih memanjakan.
Taj Mahal? Di desa ini, gubuk yang mulai renta mengikuti kakek-nenek pemiliknya pun bahkan lebih indah.
Pulanglah, jika tumpukkan kertasmu tak sanggup ditinggal lama olehmu. Pulanglah sesekali, tengoklah negaramu yang lebih membutuhkanmu. Atau jika kau kecewa dengan negara ini setidaknya cincin ini masih melingkar dijariku, dan beberapa bulan lagi kita akan menikah. Pulanglah, atau ku buang cincin kita di pegadaian :p

Makassar, 4 Mei 2013


Calon Istrimu
Dengan cinta dan benci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar