Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.
Selamat malam hei
laki-laki kurang ajar.
Sedang apa kamu
sekarang?
Ku dengar kamu
sudah berpindah lagi ke Negeri Sakura.
Tidak bosankah?
Kembalilah ke
negeri tercintamu ini.
Tidak rindukah?
Negeri yang
tidak kalah hebatnya dengan negeri-negeri pernah kau kunjungi.
Disini sedang
musim kemarau, panas sekali. Hujan sudah berhari-hari tak nampak.
Orang sibuk
memasang kipas angin dimana-mana.
Sibuk mencari
tempat yang rindang ketika panas sudah tak mampu ditolerir tubuh.
Tapi, musim
kemarau kali ini aku merasakan suasana yang berbeda.
Beberapa hari
yang lalu aku mengunjungi sebuah desa aneh. Aneh? Tidak seperti yang kau
pikirkan tentunya.
Desa diatas
awan. Begitu biasa orang menyebutnya. Pernah dengar? Jika belum pernah dengar akan
ku ceritakan (Walaupun kau pernah mendengarnya tetap akan kuceritakan). Egois?
Berhentilah mengeluh, kamu lebih egois lagi saat meinggalkanku disini. Oke, aku
mulai.
Desa diatas awan
itu terletak di Kabupaten Enrekang, tepatnya di sebuah desa yang disebut Bone-bone.
Desa dengan udara yang sejuk. Desa di atas gunung.
Desa yang sudah
mulai sibuk ketika ayam mulai berkokok. Ketika dini hari tiba, anak-anak mulai
berlari-larian menuju masjid mengambil tempat yang paling depan. Bapak-bapak
mulai mengikatkan sarungnya erat-erat untuk shalat wajib dua rakaat. Dan
Ibu-ibu menyiapkan bekal dan sarapan untuk suami dan anak mereka. Pagi hari
tiba, semua penghuni wilayah ini mulai grasah-grusuh.
Anak-anak ke Sekolah dan Orang tua menuju ke ladang uang mereka.
Jika mencari
pemuda-pemudi disini. Itu sama saja mencari ikan dalam opor ayam. Semua
pemuda-pemudi disini yang telah lulus SD akan langsung melanjutkan pendidikan
mereka ke kota. Orang tua di desa ini sangat menjunjung tinggi pendidikan.
Bahkan mereka menomorsatukan pendidikan diatas segalanya. Belum sampai disitu
kekagumanku pada desa ini yang sejuk ini.
Jika sempat
berkunjunglah ke tempat ini, kau akan mendapati lelaki-lelaki pahlawan keluarga
yang berhasil lepas dengan Si Manis Mematikan, rokok. Desa ini adalah desa
mantan perokok-perokok berat, yang sekarang telah berhenti karena peduli mereka
pada keluarga. Jadi jika kesini nanti denganku(kalau kau kembali dan menikahiku)
berhentilah mencari rokok, karena itu sama saja mencari abon sapi rasa coklat.
Tempat ini tidak
kalah indahnya dengan tempatmu sering berkelana.
Daun mapel di
kanada? Ayolah, menguningnya padi disini lebih indah.
Sakura di
Jepang? Berhentilah membela diri, hijaunya pegunungan lebih memanjakan.
Taj Mahal? Di
desa ini, gubuk yang mulai renta mengikuti kakek-nenek pemiliknya pun bahkan
lebih indah.
Pulanglah, jika
tumpukkan kertasmu tak sanggup ditinggal lama olehmu. Pulanglah sesekali,
tengoklah negaramu yang lebih membutuhkanmu. Atau jika kau kecewa dengan negara
ini setidaknya cincin ini masih melingkar dijariku, dan beberapa bulan lagi kita
akan menikah. Pulanglah, atau ku buang cincin kita di pegadaian :p
Makassar, 4
Mei 2013
Calon Istrimu
Dengan cinta
dan benci