Ia jatuh.
Jatuh sedikit.
Jatuh banyak.
Jatuh di mata.
Jatuh di pipi.
Jatuh di sela-sela kancing baju.
Dan lenyap disela
benang-benang yang berjumel.
Ia kadang tanpa segan
jatuh disegala tempat dan kondisi.
Jatuh tanpa meminta
izin.
Bahkan tanpa salam
sama sekali.
Kadang menyusahkan. Membasahi
separuh dari benang yang melekat dikulit.
Tapi ia selalu bisa
menjadi obat.
Penenang.
Ia adalah air mata.
Air mata yang menandakan
kerinduan.
Kerinduan pada kamu,
kamu dan kamu.
Kamu yang masih diam
terduduk di sudut kursi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar